Pages

Kamis, 31 Maret 2016

Bangkitlah pemuda renta !

Kalian yang saat ini masih nangkring diatas kekuasaan. Kalian yang selama ini terlanjur meremehkan pemuda renta. Ya kalian semua.... Dengan senang hati pemuda renta terima cara kalian memisahkan manisnya kebersamaan kami. Ya kalian semua.... Berkali-kali cara semacam ini tlah kalian beri terhadap pemuda renta. Segelumit bahagia yang hanya tertahan setahun, berubah kembali jadi kisah pilu entah berapa lama lagi habis masa kejayaan kalian. Masih kental dengan itu? Oke itu menurut kalian, tapi kalian pun harusnya juga sadar kekentalan sang pemuda renta itu. Jangan main api sendiri sedangkan kalian tidak mengetahui siapa penerima abu dari permainan kalian. Bukan membantah atau bahkan tidak hormat sang pemuda renta. Bukan... Sekali lagi bukan..! Tapi mungkin terlalu sakit batin pemuda renta itu diperlakukan begitu. Sebuah alasan yang cukup masuk akal terlontar halus untuk seonggok rencana yang teramat menyakitkan. Tak tersadar meski batin telah mengetahuinya. Tak terucap meski batin sudah menjeriti kepergiannya. Hahh, namanya juga pemuda renta, Mampu apa dia melawan kekuasaan? Bangkitlah ! Bangkit !!! Bangkitlah pemuda renta !! Engkau tak senista hinaan mereka ! Engkau punya pikiran dan daya cipta ! Engkau punya naluri melebihi mereka ! Ya, hanya fifik yang mereka punya, Tapi kebatinanmu jauh melebihi mereka ! Bangkit ! Bangkit ! Bangkitlah engkau pemuda renta ! Topanglah hidupmu dengan keberhasilan ! Semangatilah usahamu dengan senyum bahagia anak-anakmu ! Bangkit !!!!!!

Kisah

Inilah kisah,,,, Mungkin masih tertakdir untuk tetap menjalani ujian, Ya, disaat upaya yang terlaksana tak lagi sanggup menahan ego yang berenergi... Ya, disaat usaha yang tercipta tak kuasa membendung kehendaknya... Ya, disaat itulah peluh tak terhentikan, Tersentak oleh keibaan diri sendiri yang kian menjadi, Hasrat ingin menghentikan langkahnya, Tapi apalah daya seorang pemuda yang menunggu hari tuanya tanpa sepersenpun harta. Raga ingin tetap bersama tapi apalah daya pemuda renta yang tak lagi kuasa melawan adatnya. 'Ada uang ada barang' Bukan kok pemuda menghindar atau bahkan lepas tanggung jawab. Tapi ia hanya sebatas merasa iba kepada yang dikaguminya, Seakan terikat oleh 'harga'. Hei, dia bukan jajan ! Hei, dia bukan mainan ! Hei, dia bukan barang dagangan yang seenaknya kalian jual belikan ! Dia sosok paling sempurna yang dikagumi pemuda renta. Tulus cinta terhalang oleh kehendak dan keputusan kalian. Janji suci SEHIDUP SEMATI mungkin hanya beberapa huruf yang terlaksana. Ya, belum sampai satu kata, apalagi satu kalimat. Masih hidup saja sang dicinta pergi karena keadaan pemuda yang makin sengsara... Itu belum ada tambahan kata depan 'SE' nya... Sedangkan SEMATI nya? Entahlah biar waktu yang menjawab..! (Katanya) Semakin binggung semakin cemas dan hilang arah pemuda renta mendengarnya. Bagaimana tidak, dia tidak kenal siapa itu waktu, begitu pula sang dicintapun tak kenal siapa itu waktu ketika ditanya oleh pemuda renta itu. Bagaimana mungkin waktu bisa menjawab sedangkan mereka tidak mengenalinya?? Sengsara masih bergelayut,, Seolah hanyut menyatu dengan raga yang kulunh kisut.. Setiap tapak yang terinjak kini menjadi wadah tetesan peluh seorang pemuda sengsara.. Kemana kaki melangkah, disitu peluh tercurah.. Saksi tempat yang pernah menjadi kisah mereka bertiga bersama dambaan mereka berdua kini hanya pemuda renta sengsara yang menapakinya. Tumpukan baju, mainan, jajan, buku, sepatu, coretan dan masih banyak lainnya hanya meninggalkan album indah yang akan terbawa sisa hidup pemuda renta. Entah lama entah segera, Semoga pemuda kuat mempertahankan ingatannya saat mereka bertiga bersama... Hanya untaian doa yang mampu pemuda renta berikan kepada mereka, Tak banyak dan tak lebih hanya seuntai kalimat.. Tuhanku yang amat baik, berikanlah kesehatan, berkat dan umur panjang kepada mereka berdua (bertiga nantinya), dan berikanlah masa depan mereka yang jauh lebih indah daripada sang pemohon ini, Amin. Titip salam buat kalian bertiga, Dari sang pemuda renta sengsara katanya.....

my pray always for u,

Bukan iba yang pemuda renta tanpa guna harapkan. Bukan belas kasihan pula yang pemuda renta tanpa guna harapkan. Tapi ketulusan dan benar-benar ketulusan dari sang dikaguminya. Bukan niat kebaikan berdua, tapi demi kebaikan berempat kelak. Tidak memuntut tapi sekedar meminta. Diberi diterima, tak diberipun juga diterima. Tidaklah begitu menjadi problema, karena telah terlatih biasa dengan kesengsaraan, (ucap pemuda renta tanpa guna). Ya, mungkin teramat singkat pemuda renta tanpa guna ini dibandingkan sang dipuja untuk dapat menikmati dunia. Tapi tak akan kunjung surut doa kebaikan akan terus terucap untuk mereka bertiga. Bahkan jika saat itu tiba, dengan senang hati pemuda renta tiada guna akan menhampiri tahta Sang Pencipta memohon kebaikan untuk masa depan mereka bertiga di dunia ini. Bukan harta melimpah sepeeti orang lain berikan, Bukan pula kekayaan dunia seperti teman-teman sang pengagum contohkan. Apalagi pamor kesukseaan karir yang teramat menjanjikan. Maafkan pemuda renta ini, Maafkan jika pemuda renta tanpa guna ini tak mampu seperti orang lain berikan. Maafkan jika kamu nanti mungkin sudah menyadari bahwa pemuda renta tanpa guna bersifat keras saat engkau masih belia. Bukan marah, bukan kesal apalagi tak sayang... Itu semua demi kedisiplinan, kejujuran dan kebaikanmu kelak nak... Cepatlah besar, cepatlah berkomunikasi, cepatlah menjadi anak dan kakak yang baik ya,,,, Doa pemuda renta tanpa guna selalu menyertai kalian bertiga...
Hei,,,, Engkau yang tak pernah merasakan, Hei,,,, Engkau yang tak pernah susah, Hei,,,, Engkau yang tak pernah gundah dan gelisah, Bisakah engkau sesikit memberiku petujuk bagaimana rasanya jadi engkau, Pastikan aku akan bahagia walau hanya sekedar mendengar. Hei, Kalian yang sedang merasakan, Hei, Kalian yang sedang susah, Hei, Kalian yang gundah dan gelisah, Tak usahlah kita bertukar cerita, karena nestapa sudah kita rasa bersama. Masih elok seekor piaraan, Mereka dirawat semaksimal mungkin. Masih indah jemuran yang diperas lalu kembali disusun rapi di bawah terik mentari. Teramat nista sekali sang perasa sengsara, Tanpa kata ia ditinggalkan begitu saja. Tak cuma sekali tapi dua atau bahkan tiga hingga lima. Lebih kaya lebih sejahtera dialah yang berkuasa. Tanpa beda genre, status, hubungan dan lain sebagainya. Mereka yang bisa merekalah yang menentukannya. Inikah keadilan menurut hukum rimba sang penguasa. Yaaa,,,,,, Kami belum mampu semuanya, Karena itulah pula mereka seolah kalian jadikan tawanan atas kemampuanku? Ohh, Sungguh sial sekali nasib orang miskin ini. Ingin coba sepeeti yang lain bersandingan, namun kalah kuasa karena adatnya. Ingin merintis kebersamaan, namun tetap terpisahkan olehnya.