Pages

Rabu, 25 Mei 2016

Bak raja dalam kerajaan sunyi, Begitulah kiranya seorang pria yang berkelimpahan harta, Segala kata bisa jadi nyata, Segala kehendak tidak ada yang berontak, Tapi sampai kapan ia mampu bertahan dalam keheningan? Seberapa kuat hingga dia tidak beranjak dalam pekat? Kelam teramat kelam keadaan sekitarnya,

Kamis, 19 Mei 2016

Lead me to the cross

Di bawah awan gelap yang terpecah kilat malam ini, Di belantara yang tak terusik keramaian modern, aku, seorang diri mencoba berdiri tegar seolah tak terlihat beban yang menyerang pribadi ini, aku, dalam penuh ketidakmampuan sekarang ini, aku yang terselimut sepi, aku, kami yang terpisahkan oleh jarak untuk kesekian kalinya, Harusnya secara logikaaku mampu, Tapi faktanya aku belum bisa setegar mereka yang terpisah keluarga. Kanan ataukah kiri aku tak mampu mendeteksi, Maju ataukah mundur akupun bimbang dengan pilihan ini. Ahh, Seberapa kuatkah aku yang mampu terpisah oleh mereka, Ahh, Seberapa 'mampu' pula aku hingga aku memaksa mereka menemaniku,, Siapapun, bimbinglah aku, Siapapun tuntunlah aku, Siapapun kuatkanlah aku, Karena aku tak mampu, Mereka tetaplah menjadi impianku untuk kembali bersatu denganku, Mereka tetap kuharapkan disetiap pintaku malam ini, Ya mereka harapan keduaku setelah Tuhan, Lord, please lead me to the cross. Mama, Glo, please come for me.

Sabtu, 23 April 2016

Your Cita-cita <=> ??

Haii,,, Engkau, Kenapa engkau selalu menjadi patokan? Heiii Engkau,, Kenapa engkau selalu jadi acuan... Dan haiii Engkau kenapa engkau terbatas?? CITA-CITA hanya menunjuk pada 'satu' Hanya terbatas pada 'satu' Hanya tertuju pada 'satu' Dan 'selalu' dipertanyakan 'Selalu' jadi pertimbangan 'Selalu' jadi penilaian 'Selalu' jadi momok kehidupan. SELF kenapa engkau mau diper-cundang cita-cita? Kenapa hanya sebatas cita-cita engkau berjuang? Bukankah engkau masih mampu melebihi cita-cita yang hanya pada satu tujuan itu? Kenapa selama ini engkau terlalu goyah dan tunduk terhadap pertanyaan mengenai cita-cita? Dan kenapa pula engkau sebodoh ini??

Kamis, 14 April 2016

Saat lemah minta kuat, Saat bimbang minta petunjuk, Dikala sakit minta kesembuhan, Dikala terhimpit minta kelepasan, Saat pergumulan minta pertolongan, Benar, Itulah sikap diluar batas kita, Yang tanpa tersadar tapi terlihat nyata. Bukan salah bukan koreksi, Hanya sebatas pemahaman yang beda sisi. Segala goncangan hidup saya yakini memang Tuhan ijinkan. Disaat itulah kita perlu mengencangkan akar agar tidak goyah, bahkan patah menghadapi badai. Disaat itulah kita harus makin masuk ke dalam agar tidak terbawa deras gulungan ombak yang menerjang. Ada pepatah 'Hanya ikan yang mati yang terbawa arus' Bukan salah bukan koreksi, Hanya sebatas pemahaman yang beda sisi. Ibarat ikan koi yang ingin melompat jembatan naga emas dengan hambatan arus yang deras, Kita pun harus dapat beradaptasi, Jika terus melawan arus konyol akan tujuan kita. Sesekali kita harus ikut terbawa arus, menepi dan kembali berenang ke depan demi tujuan. ''Carilah Kesempatan!''

Selasa, 12 April 2016

Filipi 1:21

ku di tangan-Mu, ku di hati-Mu, di pikiran-Mu, di rencana-Mu,, TAK PERNAH KU SENDIRI.. ku di tangan-Mu, ku di hati-Mu, di pikiran-Mu, di rencana-Mu,, TAK PERNAH DITINGGALKAN.. Sahabat terkasih, Sahabat pasti tidak asing lagi dengan pujian tersebut kan? Ya, pujian dengan lirik sederhana, bahkan terkesan 'monoton'. Tapi yakinlah, disaat Sahabat sedang mengalami guncangan badai kehidupan, entah dalam karir, rumah tangga, jodoh, study, ataupun semua yang lain, Ambilah waktu luang Sahabat, carilah suasana sepi dan tenang, masuklah disana, dengarkan, lantunkan dan resapilah lagu ini. Sungguh begitu berkuasa, tak jarang airmata akan tercucur seketika tanpa ada aba-aba. Lagu ini menguatkan kita, meneguhkan kita, menegakkan kita disaat kita layu, Ya, Bahkan disaat akhir dari perjalanan kita, Kita bahkan bisa dengan bangga dapat mengenal Dia. Maka tak heran jika ada tertulis 'Karena hidup bagiku adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan' Amen.

rindu dalam derita

Terkapar tiada arti, Penuh sesak oleh angin yang menyelimuti, Dulu ada kamu yang mampu mengobati, Tekanan tanganmu dan ketulusanmu sungguh aku rindu saat ini, Tapi apalah dayaku hanya berharap, Pengaharapan yang tak kuasa melawan kehendak yang punya, Mungkin karena aku merana, Mungkin karena belum ada penebusan, Arrggghhh Biarlah kuterima saja, Sampai akhir aku tetap ingin bersatu di keluarga kecil kita, meski hanya sebatas harap.

iri

Dimana aku berada saat engkau membutuhkanku,, Seberapa dayaku disaat engkau mengharap topanganku,, Maaf Aku tak semampu impianmu, Maaf Aku tak sehebat panglima perang, Maaf Aku tak semegah raja Daud, Maaf, Disaat itulah aku hanya mampu berharap dalam benak, Tak mampu mulutku berucap, lidahku kelu menahan rindu. Ya, semua itu hanya kehendakku, sedang akupun tak mampu.. Maaf, Terlalu pedih jika berada seperti saat ini, Tuhan, Engkau adil,, Mungkinkah orang-orang yang tertawa lepas pernah merasakan tangis piluku? Seberapa tegarnya orang-orang yang Engkau beri kesempatan merasakan kelimpahan mengalami kesedihanku? Ingin aku menjalani waktu itu, Waktu yang selalu ada dalam 'iri' batinku. Biarlah aku juga diberi kesempatan seperti mereka disaat tiba waktu itu, Biarlah pula mereka berada diposisiku saat ini disaat tiba waktu itu.

Minggu, 10 April 2016

untukmu pejuang kaum,,

Gemilau, terpancar dari dua dinding bibir. Sorot mata seolah penuh asih, halah sekedar penyitraan kok ! Janji bak sumpah serapah yang tak pernah tercurah kepastiannya. Saling geser-lungsur hal biasa. Bukan adu sehat, tapi adu debat yang berujung sesat. Kaum kecil hanya pasrah melihat petinggi bergeliat, Berbuat pencitraan seolah tiada tanding. Hei ! Kenapa persulit orang sulit ?! Hei ! Kenapa perkecil orang kesil?! Hei! Kenapa persusah orang susah?! Hei ! Kenapa para tikus masih bisa tertawa?! Hei ! Kenapa kaum jelata belum terentas dari derita?! Pejuang kaum, Jangan balut kesusahan kami dengan kekonyolanmu mengemban amanat. Pejuang kaum, Jangan berikan kami ketidak adilan.

Sabtu, 09 April 2016

Dua pekan terlalui..... Tanpa keadaan tanpa kehadiran kalian, Kesuksesan pun belum kutemukan. Pontang panting kesana kemari, Sekedar ikuti isyarat mengais rizki. Tapi keberuntungan belum mengikuti. Kadang tak jarang kecewa melingkupi getar hati ini. Tak jarang pula jika emosi meningkat tanpa sebab yang pasti, Maaf, ini diluar kendali. Kalian yang sok benar disekelilingku, Kalian yang sok mampu disampingku, Maaf,, Jangan ganggu emosiku,, Maaf,, Kemarahanku lebih ganas dari yang biasa, Bukan sekedar amarah, Tapi lihatlah keadaan ini.. Aku lelah.. Aku haus... Aku harus mencukupi... Aku sepi... Aku emosi.. Aku pun putus asa.. Aku tak sanggup.. Aku ingin lari.. Aku ingin sembunyi.. Aku ingin meletakkan kekesalan ini... Aku aku aku aku..... Kenapa aku ini?????

Jumat, 01 April 2016

masihkah?

Hmm begini rasanya jika seorang raga tiada guna. Jangankan oranglain yang peduli, keluarga pun seolah tak mengakuinya. Ya, kepahitan dan kepahitan hanya ia yang tahu, Tak semudah perkiraan orang. Semua nista, semua cela. Itulah yang ia harus terima. Hanya blogg pribadinya yang menjadi curahan hati, karena tidak ada lagi yang peduli, Tak ada lagi yang mengerti, Dan tak ada lagi yang mau menyelami hati remuk ini.. Jika nanti suatu hari raga ini pergi, Iapun binggung kemana melangkah, Tak ada tujuan tak ada harapan, Ya,, Lantas apa yang mampu diperbuatnya? Ini salah itu mendapat ceramah. Beda dengan anakmas ya, Hehehe Teman sehidup semati sudah memutuskan pergi menghindar, Melangkah, memutuskan tanpa gentar, Seolah aku sudah pudar,,, Buah hati yang jadi korban, Tanpa tahu tanpa mengerti harus mengikuti kemauan emosi, Entah harga diri, entah gengsi, Semuanya memutuskan kesakitan di lubuk hati, Hahhh teramat pahit kali hidupku ini,,,,, Masih adakah hari untukku? Masih adakah harapan itu? Masihkah????

Semoga,,,

Bukan untuk mendapat pujian, Atau bahkan sebuah hiburan mengasyikan untuk disaksikan. Semua ini murni kutulis agar kelak jika raga ini sudah tak mampu, Biarlah orang-orang yang kukasihi tahu, apa yang pernah terjadi, apa yang telah kualami selama aku ada. Karena bukan, atau bahkan mungkin tidak dapat kuceritakan langsung kemereka.. Ya, jarak lah alasan utama semua itu. Kalian ada sebagai kenangan indahku, Kalian ada sebagai penghibur laraku, Kalian ada juga yang meluluh lantahkan bendungan peluhku setiap malam. Bukan marah, bukan kecewa, hanya sebatas luapan kerinduan. Mungkin dengan terpaksa aku harus sedikit membiasakan untuk tidak menhubungi kalian. Bukan acuh tak acuh atau bahkan lepas tanggung jawab. Tapi aku juga tak dapat memaksa, akupun tak mampu untuk memberikan segala yang kalian minta. Andai salah satu dari sang penguasa dapat merasakan apa yang aku alami ini sepekan tanpa ada rasa pilu yang membelenggu, aku akan belajar penuh kepada mereka. Tapi bukan sekedar sepekan dua pekan, mungkin bulan, tahun, abad, atau bahkan selamanya, itulah yang terucap oleh seorang yang kukasihi.. Lontaran kata itulah yang menjadikanku harus belajar terbiasa oleh kesunyian ini, murni bukan keinginanku, bukan pula lepas tanggung jawabku. Tapi itulah fakta sebenarnya nak,,,, Hahh, hidup hanyalah sementara, Cepat lambatnya akupun tak mampu menyelaminya. Setidaknya aku pernah merasakan kebahagiaan bersama kalian meski sebentar. Setidaknya aku pernah merasakan kebersamaan seperti halnya orang lain rasakan. Dan mungkin ada sedikit bangganya karena aku pernah merasakan pahitnya perpisahan,, Dikala mentari menyapa akupun terlihat bersahaja seolah tak ada problema. Tapi jika petang datang, dan kebanyakan orang disekitarku lelap dalam peristirahatan, percayalah aku tak henti-hentinya membanjiri alasku dengan tangisan oleh kalian, Diiring beberapa ucapan semoga,,,, semoga,,, dan semoga,,, Ahhh ucapan belaka,, mungkin katamu... Ahh sandiwara, sangkamu,,,,, Tak apa, Sekali lagi aku jelaskan bahwa aku tak pernah memaksa, Aku rasa kita sudah cukup dewasa untuk semuanya. Semoga,,,

Kamis, 31 Maret 2016

Bangkitlah pemuda renta !

Kalian yang saat ini masih nangkring diatas kekuasaan. Kalian yang selama ini terlanjur meremehkan pemuda renta. Ya kalian semua.... Dengan senang hati pemuda renta terima cara kalian memisahkan manisnya kebersamaan kami. Ya kalian semua.... Berkali-kali cara semacam ini tlah kalian beri terhadap pemuda renta. Segelumit bahagia yang hanya tertahan setahun, berubah kembali jadi kisah pilu entah berapa lama lagi habis masa kejayaan kalian. Masih kental dengan itu? Oke itu menurut kalian, tapi kalian pun harusnya juga sadar kekentalan sang pemuda renta itu. Jangan main api sendiri sedangkan kalian tidak mengetahui siapa penerima abu dari permainan kalian. Bukan membantah atau bahkan tidak hormat sang pemuda renta. Bukan... Sekali lagi bukan..! Tapi mungkin terlalu sakit batin pemuda renta itu diperlakukan begitu. Sebuah alasan yang cukup masuk akal terlontar halus untuk seonggok rencana yang teramat menyakitkan. Tak tersadar meski batin telah mengetahuinya. Tak terucap meski batin sudah menjeriti kepergiannya. Hahh, namanya juga pemuda renta, Mampu apa dia melawan kekuasaan? Bangkitlah ! Bangkit !!! Bangkitlah pemuda renta !! Engkau tak senista hinaan mereka ! Engkau punya pikiran dan daya cipta ! Engkau punya naluri melebihi mereka ! Ya, hanya fifik yang mereka punya, Tapi kebatinanmu jauh melebihi mereka ! Bangkit ! Bangkit ! Bangkitlah engkau pemuda renta ! Topanglah hidupmu dengan keberhasilan ! Semangatilah usahamu dengan senyum bahagia anak-anakmu ! Bangkit !!!!!!

Kisah

Inilah kisah,,,, Mungkin masih tertakdir untuk tetap menjalani ujian, Ya, disaat upaya yang terlaksana tak lagi sanggup menahan ego yang berenergi... Ya, disaat usaha yang tercipta tak kuasa membendung kehendaknya... Ya, disaat itulah peluh tak terhentikan, Tersentak oleh keibaan diri sendiri yang kian menjadi, Hasrat ingin menghentikan langkahnya, Tapi apalah daya seorang pemuda yang menunggu hari tuanya tanpa sepersenpun harta. Raga ingin tetap bersama tapi apalah daya pemuda renta yang tak lagi kuasa melawan adatnya. 'Ada uang ada barang' Bukan kok pemuda menghindar atau bahkan lepas tanggung jawab. Tapi ia hanya sebatas merasa iba kepada yang dikaguminya, Seakan terikat oleh 'harga'. Hei, dia bukan jajan ! Hei, dia bukan mainan ! Hei, dia bukan barang dagangan yang seenaknya kalian jual belikan ! Dia sosok paling sempurna yang dikagumi pemuda renta. Tulus cinta terhalang oleh kehendak dan keputusan kalian. Janji suci SEHIDUP SEMATI mungkin hanya beberapa huruf yang terlaksana. Ya, belum sampai satu kata, apalagi satu kalimat. Masih hidup saja sang dicinta pergi karena keadaan pemuda yang makin sengsara... Itu belum ada tambahan kata depan 'SE' nya... Sedangkan SEMATI nya? Entahlah biar waktu yang menjawab..! (Katanya) Semakin binggung semakin cemas dan hilang arah pemuda renta mendengarnya. Bagaimana tidak, dia tidak kenal siapa itu waktu, begitu pula sang dicintapun tak kenal siapa itu waktu ketika ditanya oleh pemuda renta itu. Bagaimana mungkin waktu bisa menjawab sedangkan mereka tidak mengenalinya?? Sengsara masih bergelayut,, Seolah hanyut menyatu dengan raga yang kulunh kisut.. Setiap tapak yang terinjak kini menjadi wadah tetesan peluh seorang pemuda sengsara.. Kemana kaki melangkah, disitu peluh tercurah.. Saksi tempat yang pernah menjadi kisah mereka bertiga bersama dambaan mereka berdua kini hanya pemuda renta sengsara yang menapakinya. Tumpukan baju, mainan, jajan, buku, sepatu, coretan dan masih banyak lainnya hanya meninggalkan album indah yang akan terbawa sisa hidup pemuda renta. Entah lama entah segera, Semoga pemuda kuat mempertahankan ingatannya saat mereka bertiga bersama... Hanya untaian doa yang mampu pemuda renta berikan kepada mereka, Tak banyak dan tak lebih hanya seuntai kalimat.. Tuhanku yang amat baik, berikanlah kesehatan, berkat dan umur panjang kepada mereka berdua (bertiga nantinya), dan berikanlah masa depan mereka yang jauh lebih indah daripada sang pemohon ini, Amin. Titip salam buat kalian bertiga, Dari sang pemuda renta sengsara katanya.....

my pray always for u,

Bukan iba yang pemuda renta tanpa guna harapkan. Bukan belas kasihan pula yang pemuda renta tanpa guna harapkan. Tapi ketulusan dan benar-benar ketulusan dari sang dikaguminya. Bukan niat kebaikan berdua, tapi demi kebaikan berempat kelak. Tidak memuntut tapi sekedar meminta. Diberi diterima, tak diberipun juga diterima. Tidaklah begitu menjadi problema, karena telah terlatih biasa dengan kesengsaraan, (ucap pemuda renta tanpa guna). Ya, mungkin teramat singkat pemuda renta tanpa guna ini dibandingkan sang dipuja untuk dapat menikmati dunia. Tapi tak akan kunjung surut doa kebaikan akan terus terucap untuk mereka bertiga. Bahkan jika saat itu tiba, dengan senang hati pemuda renta tiada guna akan menhampiri tahta Sang Pencipta memohon kebaikan untuk masa depan mereka bertiga di dunia ini. Bukan harta melimpah sepeeti orang lain berikan, Bukan pula kekayaan dunia seperti teman-teman sang pengagum contohkan. Apalagi pamor kesukseaan karir yang teramat menjanjikan. Maafkan pemuda renta ini, Maafkan jika pemuda renta tanpa guna ini tak mampu seperti orang lain berikan. Maafkan jika kamu nanti mungkin sudah menyadari bahwa pemuda renta tanpa guna bersifat keras saat engkau masih belia. Bukan marah, bukan kesal apalagi tak sayang... Itu semua demi kedisiplinan, kejujuran dan kebaikanmu kelak nak... Cepatlah besar, cepatlah berkomunikasi, cepatlah menjadi anak dan kakak yang baik ya,,,, Doa pemuda renta tanpa guna selalu menyertai kalian bertiga...
Hei,,,, Engkau yang tak pernah merasakan, Hei,,,, Engkau yang tak pernah susah, Hei,,,, Engkau yang tak pernah gundah dan gelisah, Bisakah engkau sesikit memberiku petujuk bagaimana rasanya jadi engkau, Pastikan aku akan bahagia walau hanya sekedar mendengar. Hei, Kalian yang sedang merasakan, Hei, Kalian yang sedang susah, Hei, Kalian yang gundah dan gelisah, Tak usahlah kita bertukar cerita, karena nestapa sudah kita rasa bersama. Masih elok seekor piaraan, Mereka dirawat semaksimal mungkin. Masih indah jemuran yang diperas lalu kembali disusun rapi di bawah terik mentari. Teramat nista sekali sang perasa sengsara, Tanpa kata ia ditinggalkan begitu saja. Tak cuma sekali tapi dua atau bahkan tiga hingga lima. Lebih kaya lebih sejahtera dialah yang berkuasa. Tanpa beda genre, status, hubungan dan lain sebagainya. Mereka yang bisa merekalah yang menentukannya. Inikah keadilan menurut hukum rimba sang penguasa. Yaaa,,,,,, Kami belum mampu semuanya, Karena itulah pula mereka seolah kalian jadikan tawanan atas kemampuanku? Ohh, Sungguh sial sekali nasib orang miskin ini. Ingin coba sepeeti yang lain bersandingan, namun kalah kuasa karena adatnya. Ingin merintis kebersamaan, namun tetap terpisahkan olehnya.